Selasa, 30 Desember 2014

Hari ini; Dua Tahun Lalu

Sebenarnya entri semacam ini pernah kulakukan beberapa hari yang lalu di akun JPA-ku (aRiyachan), tapi mendadak aku ingin menulis sesuatu... dan hanya ini-lah yang terpikir.
Sebenarnya yang ingin kubahas dalam tulisan ini pun tidak terjadi tepat pada hari ini dua tahun yang lalu. Aku menuliskannya di tanggal ini pada diary-ku, 日記ちゃん, jadi... anggap saja demikian ya.
Dan...
Sebenarnya meski kubilang aku sedang ingin menulis, tapi ternyata kekuatan kehendak-ku tidak sebesar kukira. Makanya aku menulis dalam bahasa Indonesia yang semrawut begini. Tapi tak apalah. Lagipula aku menulis untuk kepentinganku sendiri (笑)
Apa yang terjadi?



Aku begadang semalaman, merampungkan tugas kuliah yang harus dikumpulkan hari itu juga. Aku tertekan dan mengantuk. Tapi hari itu, tanggal 28 Desember 2012, diluar kebiasaan aku benar-benar sibuk!
Ya ampun... aku ingin tidur!
, begitu yang kupikirkan sepanjang siang. Tapi aku tak menyesal. Kenapa? Karena hari itu ternyata terlalu indah untuk disesali.
Hari itu untuk pertama kalinya (dan mungkin juga terakhir kalinya *coughs*) aku merasa sangat ingin mengosongkan isi dompetku untuk seorang pengamen. Kakak itu masuk ke dalam bus yang kami tumpangi, dan berkata bahwa ia adalah seorang pengamen. Ya. Itu yang dia katakan. Tapi ia tak membawa alat musik apapun bersamanya. Dan ia tak juga mulai bernyanyi. Malah, ia segera berargumen... tentang sesuatu berkaitan dengan Indonesia.. tipikal topik bahasan yang tak begitu kumengerti. *embarrassed*
Ng? Bukankah tadi dia bilang dia pengamen?
Pria berambut panjang itu mulai mendeklamasikan puisi! Yang dibacakannya dengan begitu menawan! Rasanya aku jatuh cinta.... pada pembawaannya itu ._.)
Ah. Mendadak aku teringat akan karakter M. Gustave (The Grand Budapest Hotel). Beliau pun suka membaca puisi. Aku mahasiswa sastra, tapi aku harus mengaku bahwa aku tak pandai membaca puisi, dan tak bisa mengingatnya... meskipun beberapa diantaranya pernah kubacai ber-ulang kali. Ada yang salah dengan kemampuan mengingatku: yang penting untuk diingat, aku tak bisa ingat seakan aku kena Alzheimer; yang begitu ingin kulupakan malah selalu bisa kuingat dengan jelas seakan aku memiliki photographic memory -_-". Baiklah. Apapun itu. Kemampuan 'pengamen' itu membuatku merasa hormat dan takjub padanya.
Perasaan seperti itu kembali kurasakan pada malam hari yang sama. Setelah 'ketiduran' sepanjang sisa hari itu, aku berangkat menonton Wayang Orang bertajuk "Sang Karno Basuseno" di Taman Budaya Surakarta.
Gatotkaca Sewu

Karna, bertemu Arjuna
















































Aduh! Mereka benar-benar memesona! Aku selalu menyukai jenis kesenian semacam ini, dan selalu muncul rasa hormat pada setiap orang yang dengan senang hati mau mempertahankannya, dan melakoni hal ini dengan sepenuh hati pula! Mungkin lain kali aku akan mulai menulis tentang cerita-cerita seperti ini, pewayangan terutama, dan juga tentang kesenian pada umumnya.
Apapun itu. Untuk sekarang aku hanya penikmat seni. u3u)

Apa yang sebenarnya ingin kukatakan? Apa yang sebenarnya ingin kusampaikan?
Entah.
Yang jelas aku merasa, bahwa memang perlu untuk kita menjadi diri sendiri. Apapun kesukaan kita. Apapun yang kita lakukan dan yang ingin kita lakukan. Apapun itu.
Ah. Aku jadi teringat salah satu inspirational quotes favoritku:

"Apapun yang dapat Anda lakukan, atau ingin Anda lakukan, MULAILAH! Keberanian memiliki kecerdasanm kekuatan, dan keajaiban di-dalamnya." - Goethe 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar